Berkuliah di kampus top 10 China seperti Huazhong University of Science and Technology (HUST) untuk jurusan Master Artificial Intelligence adalah sebuah pengalaman yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Lokasi kampus yang berada di tengah-tengah kota China membuat saya bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang yang sangat beragam. Di sini, budaya dan teknologi menyatu secara harmonis, suatu hal yang saya buktikan langsung dengan merasakan naik mobil AI tanpa driver yang sudah beroperasi di beberapa area kampus dan kota. Kemudahan akses transportasi umum yang sangat terjangkau, ditambah dengan pengalaman mencoba teknologi otonom seperti ini, menjadi hal yang selalu saya syukuri. Melihat dan merasakan langsung perkembangan AI yang begitu pesat di China memberikan saya ekosistem dan lingkungan belajar yang sangat mendukung dan inspiratif.
Dari sisi akademik, kurikulum yang sangat sistematis membuat proses belajar saya menjadi lebih jelas dan terstruktur. Fondasi pengetahuan yang diberikan cukup kuat untuk mempersiapkan kami terjun dan menghadapi tantangan di industri AI, termasuk dalam mengembangkan teknologi canggih seperti kendaraan otonom. Dosen-dosen yang mengajar sangat kompeten, banyak yang merupakan lulusan dari berbagai kampus top luar negeri, yang tentu saja menambah nilai plus dari sisi pengalaman dan wawasan yang mereka bagikan. Belajar di China benar-benar menuntut keseriusan tinggi. Semuanya tergantung pada bagaimana kita mengatur diri sendiri; harus aktif belajar mandiri dan rajin berdiskusi baik dengan dosen maupun teman satu bidang penelitian. Jika malas, pasti akan tertinggal. Meskipun jurusan AI, pemahaman matematika yang kuat sangat diperlukan dan benar-benar terpakai dalam setiap analisis, termasuk dalam algoritma yang menjalankan mobil tanpa sopir yang saya coba.
Fasilitas penunjang seperti laboratorium yang memadai, akses komputasi berperforma tinggi, dan perpustakaan yang lengkap menjadikan akses terhadap informasi menjadi sangat mudah dan efisien. Berangkat dari latar belakang S1 Pendidikan Fisika, adaptasi untuk memahami materi dan penelitian di bidang AI ini tentu tidak mudah. Namun, semua itu bisa dilewati asalkan memiliki semangat dan tekad yang tinggi. Melanjutkan jenjang master bukan tentang siapa yang paling pintar, tetapi tentang siapa yang mau bertahan dan tahan banting menghadapi berbagai rintangan dan masalah yang datang. Pengantar bahasa Inggris menjadi keuntungan tersendiri dibandingkan dengan program berbahasa Mandarin, meskipun saya tetap terus berusaha beradaptasi dan meningkatkan kemampuan kosakata akademik saya.
Dalam keseharian, saya berusaha untuk berbaur dan mengalami kehidupan lokal. Dalam hal makanan, saya mencoba makanan khas Wuhan yang bernama Reganmian (热干面) atau Mie Kering Wuhan yang halal. Adaptasi dengan cuaca yang cukup ekstrem juga menjadi pengalaman tersendiri; tahun pertama saya mengalami turun salju yang sangat lebat disertai angin kencang hingga menyebabkan pepohonan di kampus tumbang. Musim panasnya juga terkenal sangat panas.
Selain akademik, kehidupan sehari-hari di lingkungan internasional memungkinkan saya membangun jaringan dengan mahasiswa dari seluruh dunia, seperti dari Asia, Afrika, Eropa, dan tentu saja mahasiswa lokal China. Saya mengikuti berbagai aktivitas yang diselenggarakan oleh international student office, yang memungkinkan kami mempelajari budaya dan aktivitas lokal, termasuk trip ke berbagai kota di China. Meski tidak banyak mengikuti kegiatan di luar akademik, saya berkesempatan mengikuti konferensi AI yang diadakan oleh School of Artificial Intelligence and Automation dan Chinese Control Conference (CCC) di Chongqing untuk menimba ilmu baru dan memperluas jaringan. Pengalaman merasakan mobil AI tanpa driver semakin membuka mata saya betapa aplikasi teori yang dipelajari di kelas dapat direalisasikan dengan cepat di China.
Tidak hanya hard skill yang saya dapatkan selama menjadi mahasiswa di sana, tetapi juga soft skill seperti kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks, dan beradaptasi dalam lingkungan lintas budaya. Pengalaman ini, termasuk melihat langsung teknologi otonom, membuka jalan pikiran saya dalam memandang dan menghadapi masalah; tidak cukup hanya dilihat dari satu sudut pandang, tetapi perlu dianalisis dari berbagai aspek.
Akhirnya, semua menjadi mungkin dan bisa terjadi jika kita berusaha dengan keras dan selalu yakin akan kuasa Tuhan.